Maling
sendal
Saat
itu tugas mulai menumpuk dari sekolah, kami perlu menyelsaikannya dengan
secepatnya di warung internet sebut saja sekarang dengan sebutan warnet. Saya
lupa akan tugas apa waktu itu, apa sajalah yang penting itu sangatlah penting
bagi saya, dan tugas ini harus cepat dikerjakan secepat mungkin, saya
mengerjakannya dengan teman saya kala itu, tapi saya tak tau dia menganggap
saya teman atau tidak kala itu, biarlah saya tak peduli dengan itu karena saya
lebih peduli dengan beresnya cerita ini, teman saya itu bernama rendi ya
panggil saja dia begitu, saya bersamanya terbang dengan menggunakan motor viksen
punyanya saat itu, karena jarak yang sangat jauh dari sekolah saya yang berada
di batujajar menuju jalan ciranden – citapen. Setelah menempuh perjalanan jauh
saya dan rendi mulai berkenalan dengan warnet yang tak sengaja kami lihat.
“ Yan di warnet ini saja “ ujar rendi sambil turun dari motor
“ Iyah ren kayanya kecepatan warnet ini
lumayan” saya
Kita masuk kedalam warnet tersebut
“ bang ada yang kosong ? “ rendi
“ ada banyak “
“ ok “ saya
Tak
lama, saat kita sedang asyik – asyik mengerjakan tugas paksaan dari guru kita,
kita mulai tak sengaja telah menyelsaikan tugas itu dengan cepat, lalu kami
berdua mulai beranjak dari tempat kita, dan membayar berapa uang yang akan
diminta oleh penjaga warnet itu, setelah membayar administrasi kami mulai pergi
untuk kembali lagi kesekolah, pas saat saya dan rendi keluar, rendi agak
kebingungan mencari – cari sesuatu, dengan kepala tertunduk kebawah, ternyata
dia kehilangan alas kaki yang dia pakai kala itu, sebut saja sendal itu dengan
sebutan sendal eger, sendal eger kala
itu banyak dicari oleh kalangan maling, sialnya
maling itu manusia.
“ yah sendal aku ilang nih “ rendi
“ wah masa ren coba cari dengan teliti
barang kali keselip sama sendal yang lain”
“ yah yan iya bener nih gak ada “ rendi
Saat
kita berdua sedang sibuk mencari cari sendal rendi yang hilang, seketika saya
melihat manusia yang agak mencurigakan, kelihatannya mereka mau pergi
meninggalkan warnet yang sama dengan kami, memakai motor berwarna hitam, dan
membawa kantong yang di slendangkan, mereka berdua, tapi manusia itu seperti
menyadari kita, tak tau kenapa lalu mereka lekas pergi saat itu, kalau gak
salah dengan kecepatan penuh biurrr, langsung mereka pergi. lalu saya curiga,
mengajak rendi dan membiarkan fokus nya pindah untuk mengejar si dua manusia
tadi itu.
“ ren ayo kita tanyain sama orang yang
tadi pergi “
“ iyah yan ayo “ rendi gelisah sambil
naek motor nyeker
Lalu
kami pun pergi dengan kecepatan tak sepelan tadi, dan kamipun berhenti di
sebuah pos ronda, dimana manusia yang kami kejar, tak sengaja terlihat oleh
kami dan mereka sedang asyik – asyik berbincang – bincang. Lalu kami
menghampiri mereka.
“ hey kalian melihat sendal teman saya
tida ? “ saya
“ hah sendal apa “ belaga gak tau tapi
agak terkejut ( reuwas )
“ sendal eger ? “ ujar rendi
Kelihatannya
mereka panik, keduanya seperti menyembunyiakan sesuatu, saat itu mereka membawa
kantong yang sudah saya bilang tadi, meski ini agak tak sopan bagi saya, tapi
saya mulai hilang kesabaran karena mereka sangat mencurigakan dan seperti
menyembunyikan sesuatu, lalu saya mencoba memeriksa kantong manusia tersebut
“ lihat kantongnya sini “ saya
“ tidak ada , hanya sendal saya inimah “
“ iyah lihat sebentar “ saya maksa
sedikit
Dan
akhirnya saya memeriksa kantongnya, tapi tak ada satupun sendal yang mirip
dengan rendi, eh salah maksudnya mirip sendal nya, lalu saat saya sedang
memeriksa, ternyata rendi sedang fokus kepada temannya yang satunya lagi, rendi
heran ko anak itu sepertinya lebih
ketakutan daengan adanya kami, seperti dia menyembunyikan kakinya dari sesuatu,
lalu rendi melihat dia membuang badan ke belakang pos ronda untuk
menyembunyikan kakinya dari sesuatu, akhirnya rendi pun sadar dan melihat
seklibat sendalnya yang sedang si manusia itu pakai, benar mirip dengan punya
rendi itu sendal.
“ Yan yan itu sendalku” ujar rendi
“ mana ren ? ” saya
“itu tuh di anak itu yan “
Merekapun panik dan malu lalu saya bilang
“ kalau mau maling ijin dulu lain kali “
ujar saya kepada mereka